Nasib KPPS dan Hansip di Lampung Barat Tak Semeriah Pesta Demokrasi

- Editor

Rabu, 21 Februari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lampung Barat. Foto: Haeruel Abadi, Kabarindononesia.co

Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lampung Barat. Foto: Haeruel Abadi, Kabarindononesia.co

Lampung Barat, Kabarindonesia.co

Tangan mereka sibuk membuka dan menutup kembali lipatan kertas suara. Mata kantuk tapi mereka terpaksa untuk tetap bekerja semaksimal mungkin. Nyaris 24 jam mereka bekerja tanpa mendapat kesempatan untuk tidur.

Gambaran kerja seorang petugas di antara para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada satu TPS yang ada di Pekon Sukamaju, Kecamatan Lumbok Seminung, Lampung Barat, Provinsi Lampung tersebut sepertinya merupakan fenomena yang dialami di banyak TPS di Lampung Barat, bahkan mungkin di Indonesia.

Pada hari pencoblosan 14 Februari 2024 lalu, para petugas KPPS mesti berubah mode dari manusia biasa menjelma robot yang disetel sedemikian rupa demi merampungkan suatu pekerjaan.

Namun, kelelahan yang dialami sejumlah petugas KPPS di beberapa TPS di Lampung Barat tersebut, ternyata tak sebanding dengan bentuk penghargaan yang diterima.

Mereka harus mengalami beberapa hal yang merugikan, termasuk mengalami intimidasi dari beberapa oknum penyelenggara.

Berdasar atas penulusuran terhadap seluruh TPS di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat. Jurnalis mewawancarai satu di antara petugas KPPS yang bertugas di TPS yang ada di Kelurahan Way Mengaku.

Menurut keterangan petugas KPPS yang tak mau disebutkan namanya tersebut, diduga pihak Panitia Pemungutan Suara (PPS) di Kelurahan Way Mengaku seluruh petugas KPPS di wilayah tersebut untuk bersedia menyepakati sebuah perjanjian.

Dari keterangan petugas KPPS di atas, diduga terdapat ‘perjanjian’ yang ‘memaksa’ petugas KPPS untuk setuju dan memberikan sejumlah uang yang berasal dari biaya operasional KPPS kepada pihak PPS.

Petugas KPPS tersebut membeberkan, di TPS tempat ia bertugas, pihak PPS meminta biaya operasional KPPS dipangkas sebesar Rp 1,2 juta dari total Rp 4,3 juta.

“Kalau kata PPS-nya, pemotongan itu buat bikin laporan pertanggungjawaban sebesar Rp 350 ribu, laporan kinerja Rp 350 ribu, stempel Rp 100 ribu, operasional KPPS Rp 200 ribu, dan logistik Rp 200 ribu,” sebut dia.

Dari keterangan yang didapat, sebanyak 21 TPS mengalami perlakuan yang kurang baik dan hanya 5 TPS yang menolak. Namun akhirnya kemudian juga mengikuti. Didapat juga keterangan, demi mengamankan pemotongan anggaran tersebut, tiap-tiap Ketua KPPS diharuskan menandatangani kesepakatan tersebut di atas materai.

“Tadinya, 5 TPS itu nolak, tapi karena diancam sama PPS-nya, terpaksa mereka ngikut. Kata PPS-nya, kalau kita gak setuju, ya udah misalnya nanti ada apa-apa mereka gak mau tanggung jawab,” ungkap petugas KPPS tersebut menirukan petugas PPS pada Senin (19/2/2024).

Baca Juga :  Siapakah Pasangan Prabowo

Selain di Kelurahan Way Mengaku, dirinya menceritakan, pemotongan serupa juga terjadi di Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat.

Informasi ini ia dapatkan berantai dari seorang temannya yang juga bertugas sebagai petugas KPPS di Pekon tersebut.

“Kawan saya yang jadi KPPS di Pekon Kubu Perahu bilang, biaya operasional mereka juga dipotong,” ujar petugas KPPS itu.

Satu di antara petugas KPPS di Pekon Kubu Perahu menceritakan kepada jurnalis, pihaknya sempat didesak untuk menyetujui pemotongan biaya operasional oleh pihak PPS setempat.

“Biaya operasional kami sempat mau dipotong Rp 1,2 juta, tapi kami tolak. Terus turun jadi Rp 700 ribu, tapi tetap kami tolak,” beber petugas KPPS tersebut, Senin (19/2/2024).

“Turun lagi jadi Rp 500 ribu, kami tolak lagi. Akhirnya, gak jadi ada pemotongan,” sambungnya.

Kendati pemotongan biaya operasional tersebut tidak terjadi, pihaknya juga mendapat penegasan dari pihak PPS dengan perkataan senada.

“PPS-nya bilang, kalau gak mau dipotong, ya udah. Nanti kalo ada apa-apa kami gak mau tanggung jawab,” ujarnya menirukan perkataan petugas PPS tersebut.

Memperoleh informasi tersebut, jurnalis langsung melakukan konfirmasi via telepon kepada Ketua KPU Lampung Barat Arip Sah.

“Clear, gak ada pemotongan. Saya pastikan gak ada,” tegas Arip, Senin (19/2/2024).

“Tadi saya hubungi PPS-nya. Sudah dikembalikan (pemotongan Rp 1,2 juta),” sambung Arip.

Arip menegaskan, dirinya langsung memerintahkan pihak PPS yang melakukan pemotongan tersebut untuk mengembalikan haknya itu petugas KPPS.

“Tadi saya telpon Ketua PPS Kelurahan Way Mengaku. Udah ketua. Gak ada kami ngambil-ngambil (biaya operasional KPPS),” terang Arip.

“Sudah dibalikin,” tambah dia.

Di penghujung sesi telepon, dirinya pun meminta agar jangan sampai isu ini diberitakan.

“Tapi jangan dibuat berita dulu, ya,” pinta Arip.

Nasib petugas KPPS kian miris manakala hingga saat ini, mereka belum menerima gaji. Petugas KPPS yang belum menerima gaji ini tersebar di lima kecamatan, yakni Batu Brak, Kebun Tebu, Balik Bukit, Bandar Negeri Suoh (BNS), dan Pagar Dewa.

Informasi ini diamini Sekretaris KPU Lampung Barat Redy Kennedy. Bahkan di samping gaji KPPS, gaji Perlindungan Masyarakat (Linmas) juga belum cair di lima kecamatan tersebut.

Padahal, kebanyakan personel Linmas biasanya menjadi pekerja harian yang menerima upah harian pula demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga :  Perkumpulan Akar Rumput Lampung Barat Dukung Langkah Nukman Lindungi Warga Suoh dari Bahaya Harimau Sumatera

Redy menerangkan, satu di antara penyebab tertundanya pencairan gaji karena terdapat sejumlah nomor rekening KPPS dan Linmas yang sudah tidak aktif dan tidak bisa digunakan.

“Banyak petugas KPPS di lima kecamatan ini memberikan nomor rekening tidak aktif, sehingga tidak dapat digunakan,” terang Redy, Selasa (20/2/2024).

“Karena pada dasarnya, gaji para anggota KPPS dan Linmas kita salurkan secara serentak,” terusnya.

Guna menangani permasalahan ini, dirinya berinisiatif memberikan gaji anggota KPPS secara tunai dengan mentransfer ke nomor rekening masing-masing PPS.

Selanjutnya, pihak PPS nanti akan menyalurkannya ke petugas-petugas KPPS.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan proses pembayaran. Kita berharap, beberapa hari ke depan seluruh KPPS di lima kecamatan tersebut sudah bisa menerima gaji dari bendahara PPS masing-masing,” jelas dia.

Sedangkan untuk 10 kecamatan lain, lanjut Redy, pembayaran gaji sudah dilakukan secara menyeluruh, sehingga pihaknya berharap tidak ada kendala dalam pendistribusian gaji di lima kecamatan lain.

Sebelumnya, KPU Lampung Barat menyebut, jika pembayaran gaji petugas KPPS dan Linmas TPS sudah disalurkan sejak Senin (19/2/2024).

Sekretaris KPU Lampung Barat Redy Kennedy mengatakan, pihaknya telah melakukan proses kelengkapan administrasi terhadap para petugas KPPS dan Linmas di 982 TPS yang ada di 15 Kecamatan.

“Beberapa hari ini kami memproses untuk administrasinya. Semoga tidak ada kendala gaji KPPS dan Linmas tersebut dan bisa dibayarkan besok (Senin kemarin),” kata dia kepada wartawan saat dikonfirmasi, Minggu (18/2/2024).

Ia menjelaskan, pihaknya menyiapkan Rp 9 miliar lebih untuk gaji 6.874 KPPS dan 1.964 personel Linmas.

Pembayaran gaji KPPS dan Linmas segera diproses, baik secara tunai maupun melalui rekening masing-masing KPPS dan Linmas.

“Bagi yang memiliki rekening baik KPPS maupun Linmas akan dibayar langsung secara transfer,” sebutnya.

“Sementara yang tidak punya rekening akan dibayar tunai melalui PPS dan kami mewanti-wanti jangan ada pemotongan,” tegas Redy.

Redy menjelaskan, anggaran Rp 9 miliar lebih yang disiapkan tersebut rinciannya untuk pembayaran gaji ketua KPPS berjumlah 982 orang, masing-masing Rp 1,2 juta atau total gaji ketua KPPS lebih dari Rp 1,1 miliar.

Lalu, anggota KPPS yang berjumlah 6 orang KPPS di tiap TPS, masing-masing akan menerima gaji sebesar Rp 1,1 juta atau total untuk gaji anggota KPPS sebesar lebih dari Rp 6,4 miliar. Terakhir, gaji untuk seluruh personel Linmas berjumlah Rp 1,3 miliar.

 

Haeruel Abadi

Berita Terkait

Lewat MK, PAN Bengkulu Tengah Perjuangkan Hak Politiknya
Suara PKB Provinsi Jambi pada Pemilu 2024 Mengalami Peningkatan yang Cukup Signifikan
Putra Jaya Umar Kembali Terpilih Menjadi DPRD Provinsi Lampung dari Dapil Lampung 6
DPW PAN Provinsi Bengkulu Kembali Gugat Hasil Hitung Ulang KPU Bengkulu Tengah
628 Personil Gabungan Amankan Pleno Rekapitulasi Tingkat Provinsi Jambi
KPU Bengkulu Tengah Laksanakan Penghitungan Ulang, PAN Tegas Menolak
DPW PAN Provinsi Bengkulu Lapor ke Bawaslu RI karena duga Bawaslu Bengkulu Tidak Profesional, Tidak Independen, dan Sewenang-wenang
PPK Banyuasin diduga melakukan penggelembungan suara
Berita ini 68 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 23 Maret 2024 - 22:12 WIB

Lewat MK, PAN Bengkulu Tengah Perjuangkan Hak Politiknya

Minggu, 17 Maret 2024 - 16:11 WIB

Suara PKB Provinsi Jambi pada Pemilu 2024 Mengalami Peningkatan yang Cukup Signifikan

Minggu, 17 Maret 2024 - 09:11 WIB

Putra Jaya Umar Kembali Terpilih Menjadi DPRD Provinsi Lampung dari Dapil Lampung 6

Rabu, 13 Maret 2024 - 15:50 WIB

DPW PAN Provinsi Bengkulu Kembali Gugat Hasil Hitung Ulang KPU Bengkulu Tengah

Minggu, 10 Maret 2024 - 17:11 WIB

628 Personil Gabungan Amankan Pleno Rekapitulasi Tingkat Provinsi Jambi

Minggu, 10 Maret 2024 - 14:13 WIB

KPU Bengkulu Tengah Laksanakan Penghitungan Ulang, PAN Tegas Menolak

Jumat, 8 Maret 2024 - 16:06 WIB

DPW PAN Provinsi Bengkulu Lapor ke Bawaslu RI karena duga Bawaslu Bengkulu Tidak Profesional, Tidak Independen, dan Sewenang-wenang

Jumat, 8 Maret 2024 - 14:43 WIB

PPK Banyuasin diduga melakukan penggelembungan suara

Berita Terbaru

Maaf !!! Tidak Dapat Disalin