Oleh: N. Sastro (*)
Dunia politik selama ini memang didominasi oleh laki-laki. Ruang publik politik praktis tersebut seperti cermin baru bagi banyak perempuan pasca kebijakan keharusan 30% keterwakilan perempuan.
Dalam kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Bengkulu data peroleh suara sementara menunjukkan wajah-wajah baru perempuan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Bengkulu yang berpeluang masuk ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI adalah Calon Legislatif (Caleg) dari Partai Golkar Derta Rohidin, Eko Kurnia Ningsih, dan Erna Sari Dewi.
Sedangkan pada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, hadir Destita Khairilisani, lalu pada kelompok muda muncul Elisa Ermasari dan Leni Hayati Jhon Latief.
Mereka bertiga akan mewakili lalu menjadi saluran bagi para perempuan Bengkulu memperjuangkan isu kemiskinan dan isu kekerasan seksual.
Kehadiran wajah baru dan dominasi keterwakilan perempuan di DPR RI dan DPD RI menjadi pembelajaran menarik bagi para perempuan yang ingin masuk ranah politik praktis. Sekat hambatan budaya ketimuran, kapasitas, keberanian psikologis, dan mobilisasi sumberdaya menjadi arena penting pertaruhan mereka yang masuk ranah publik politik praktis tersebut. Dukungan keluarga, lingkaran pertemuan dan jaringan kerja bagian dari basis organik gerak mereka.
Terlepas dari tantangan dan beragam upaya yang dilakukan para perempuan yang masuk dalam parlemen. Ada banyak harapan yang digantungkan para perempuan Bengkulu terhadap mereka. Posisi di legislatif tentu menjadi strategi untuk memperjuangkan isu-isu penting terkait perempuan pedesaan yang masih tertinggal pada tingkat pendidikan, layanan kesehatan, dan akses pekerjaan atau penghidupan yang layak.
Angka kemiskinan Bengkulu yang masih diatas 14% dan termiskin kedua di Pulau Sumatra tentu berelasi pada tingkat pendidikan dan kesehatan perempuan terutama di pedesaan.
Henny Anggraini selaku Sekretaris Wilayah Bengkulu Kolaisi Petempuan Indonesia (KPI) menyampaikan Kedekatan emosional sesama perempuan, diharapkan menjadi jembatan komunikasi dan proses saling memperjuangkan hak-hak perempuan akan lebih mudah dikerjakan. Mendekatkan para perempuan di parlemen dengan para konstituen merupakan alat mempererat konsolidasi sesama perempuan.
Membangun konsensus untuk agenda reguler saling mengunjungi atau kunjungan komunitas juga memperkuat narasi argumentasi persoalan yang dihadapi perempuan Bengkulu.
Dalam waktu dekat Sekretaris Wilayah KPI Bengkulu dan Jaringan Kerja Perempuan Bengkulu mengupayakan komunikasi pada perempuan parlemen untuk bertemu dan mendorong Kaukus Perempuan Politik (KPPI) Bengkulu diaktifkan kembali. KPPI merupakan wadah para perempuan lintas partai politik untuk saling berbagi informasi, saling menguatkan, dan memperjuangkan isu perempuan.
Bagi Suhartini selaku Wakil Ketua Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR) se-Sumatra, kehadiran wajah baru di parlemen dan masih tergolong muda. Mereka akan lebih aktif dan terbuka pada isu perempuan miskin desa dan fasilitas advokasi kasus-kasus kekerasan seksual terutama korban berhadapan dengan mereka punya relasi kekuasaan atau aparat penegak hukum.
Selain itu, upaya meningkat kualitas layanan kesehatan perempuan pada lembaga pengada layanan tingkat dasar tetap prioritas penting. Misalnya, keberadaan dokter tetap di setiap puskesmas.
Wajah baru dan harapan perubahan bagi perempuan Bengkulu lewat pertarungan politik tersebut. Akan jadi ruang memperkuat pendidikan politik perempuan dan menguji komitmen perempuan untuk perempuan.
(*) Pemerhati Sosial