Pesawaran – Petani porang yang tergabung dalam Gabungan Petani Hutan, Sistem Hutan Kerakyatan (SHK) Lestari, Tahura Wan Abdurahman, Desa Cilimus, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung pada tanggal 10-20 September 2023 berhasil melakukan panen perdana komoditas porang.
Namun harapan petani untuk mendapatkan harga porang yang bagus ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.
Kordinator Kordinator Petani Porang Desa Cilimus dan Desa Hanura, Jahari (58) mengeluhkan harga porang yang jauh di luar harapan, “Untuk saat ini harga porang dtingkati petani hanya kisaran Rp. 2.500/kilogram yang dibeli langsung oleh tengkulak dari luar daerah. Masalahnya pembeli hanya mau datang kalau pirangnya banyak. Kalau sedikit tidak mau belum lagi potongan 5% dalam satu kwintalnya, yaitu potongan timbangan.”
Jahari menuturkan lebih lanjut. Untuk ongkos panen dan angkut dari lahan dalam kawasan hutan ke tempat pengepul mencapai Rp. 1.000/kg. Ditambah dengan potongan timbangan dan susut kadar air porang, petani hanya akan mendapatkan Rp. 1.250/kg.
“Tidak sebanding dengar harga yang dikeluarkan untuk beli bibitnya,” ujar Jahari.
Akibat dari jeleknya harga jual orang di Pesawaran, petani hanya memanen 30% porang milik mereka. Salah satu petani, Susmiadi (57) mengatakan, “Harga sangat rendah. Tidak sesuai dengan biaya operasional yang tinggi. Jadi banyak petani porang yang tidak memanen porangnya. Mungkin petani mesti nunggu 1-2 tahun lagi. Syukur-syukur harga membaik.”
Susmiadi berharap pemerintah bisa membantu petani untuk menstabilkan harga porang. “Kami mohon pemerintah jangan tutup mata. Apalagi porang ini bisa dijadikan tanaman pangan alternatif dan bisa jadi komoditas eksporm Kalau harga hancur, petani kapok mau tanam porang lagi.”
Untuk diketahui, porang sebagai komoditas tanaman pangan memiliki nama latin Amorphophallus Beullivery. Kebanyakan ditanam sebagai tanaman tumpang sari (tanaman bawah) di areal kebun dan kawasan hutan.
Ibnu Khotomi