Pringsewu – El Nino dan efeknya sudah terasa di mana-mana. Salah satunya di Kabupaten Pringsewu, Lampung. Efek El Nino yang sudah bisa dirasakan langsung adalah mengeringnya tempat-tempat air permukaan seperti sungai dan embung, berkurangnya volume air tanah, dan ancaman gagal panen.
Hal itu diungkapkan oleh Poniman (51) petani dari Pekon Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Poniman mengatakan, “Efek kemarau tahun ini yang terasa adalah cuaca yang luar biasa panas, sumber-sumber mata air mulai mengering.”
Poniman juga mengatakan pada Senin (11/9/2023), salah satu sungai yang penting bagi warga Pringsewu adalah Way Tebu yang melintas di daerah Pekon Buluk Karto dan Pekon lainnya di Pringsewu. “Sekarang air di Sungai Way Tebu kering sama sekali. Begitu juga dengan mata air-mata air di bukit-bukit. Bagaimana tidak kering mata airnya? Bukitnya juga sudah habis dikeruk dengan sewenang-wenang. Sumur kami juga mulai turun volume airnya.”
Keluhan yang sama juga disampaikan warga Pringsewu lainnya. Dalam keterangan yang disampaikan ke kabarindonesia.co, Waluyo (50), warga Pekon Kresno Mulyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, mengatakan bahwa efek El Nino menyebabkan biaya produksi pertanian makin tinggi.
“Kemarau (El Nino) tahun ini menyebabkan saya harus keluarkan biaya tambahan untuk sedot air. Kalau tahun lalu saya keluarkan biaya sedot air untuk aliri sawah 140-210 ribu, tahun ini saya harus keluarkan 280-350 ribu untuk sekali musim tanam,” keluh Waluyo.
Sementara itu, Erwin Remy (48) Sekretaris Serikat Petani Indonesia (SPI) Lampung menyampaikan bahwa di Kabupaten Pringsewu terdapat beberapa hal yang menyebabkan El Nino jadi begitu terasa.
“Menurut pengamatan saya, untuk Kabupaten Pringsewu, pemerintah kurang serius dalam menghadapi kemarau kali ini. Buktinya bisa dilihat saat petani butuh air, sumur bor yang dibangun pemerintah tidak bisa dipakai. Karena besarnya tenaga alat pompa air dengan volume air tidak seimbang. Jadi nyedot air sebentar saja, airnya langsung habis. Hal ini yang menyulitkan petani untuk mencukupi kebutuhan air bagi tanamannya,” ungkap Erwin.
Erwin dengan gamblang juga menyampaikan bahwa embung-embung yang dibangun pemerintah di Kabupaten Pringsewu mengering dan kini tak berfungsi. “Harusnyakan kedalaman embung itu di atas 7 meter. Lah kenyataan embung di Pringsewu ini kedalamannya paling 3-4 meter. Makanya baru kemarau sebentar langsung kering.”
Erwin juga berpendapat kurangnya perhatian pemerintah juga bisa dilihat dari tidak adanya pemenuhan kebutuhan air petani Pringsewu dari Bendungan Way Sekampung yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2 September 2021 silam. “Petani Pringsewu belum menikmati air dari Bendungan Way Sekampung. Padahal lokasi bendungan itu ada di Pringsewu.”
Untuk diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, fenomena El Nino masih akan berlanjut sampai Februari tahun 2024. Sementara itu, BMKG mengungkapkan, 79% wilayah RI kini sudah masuk musim kemarau.
Seperti diketahui, Indonesia saat ini tengah mengalami fenomena iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Yang memicu musim kemarau lebih ekstrem dan suhu lebih panas. Muhlasin