Kubu Perahu, Lampung Barat, Kabar Indonesia-Wajah lelah Meri (49) sumringah saat pertama kali kabarindonesia.co mengunjungi rumah sekaligus tempat produksi tahu goreng miliknya di Jl. Lintas Liwa-Krui, Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat pada Minggu (31/12/2023).
Segelas kopi dihidangkan Meri di meja kursi seadanya di tengah suasana berantakan rumah produksi tahu gorengnya. Lalu ia membersihkan tangan yang masih terlihat mengkilat penuh ceceran minyak goreng.
“Kopinya sambil diminum Pak,” kata Meri sambil duduk di dekat Kepala Biro kabarindonesia.co Haerul Abadi.
Sembari menerawang jauh, mata lelaki paruh baya itu membentur hutan lebat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dikejauhan.
“Dulu saya harus kerja keras, serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Meri mengenang waktu yang telah lewat. “Saya kerja serabutan seketemunya untuk nyambung hidup.”
Meri menuturkan, ia sebelum banting kemudi sebagai produsen dan pedagang tahu goreng, ia sempat banting tulang jadi tukang muat batu dan pasir di Pekon Kubu Perahu yang terkenal sebagai pemasok kebutuhan pasir dan batu di Liwa.
“Karena sudah mulai tua dan capek, kemudian saya beralih, banting stir jual tahu goreng dan tahu kuning keliling. Bahan dagangannya saya ambil dari tetangga yang buat tahu goreng dan tahu kuning,” kata Meri.
Setelah berhasil mengumpulkan sedikit modal, Meri akhirnya mengkuti jejak para tetangganya yang sudah lebih dulu maju sebagai pengusaha tahu.
“Sekarang saya sudah bisa menghabiskan 2.000-an tahu dalam sehari dengan harga jual 375 rupiah/buah,” ujar Meri dengan senyum riangnya. “Saya juga dibantu dua orang pekerja untuk mengolah tahunya.”
Laki-laki paruh baya itu menyampaikan jika selama ini tahu goreng dan tahu kuning produksinya terjual hingga ke Pekon Pugung, Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat.
“Karena kebetulan usaha saya ini persis di pinggir jalan ke Krui, Pesisir Barat, jadi pedagang sayur yang ambil bahan ke Liwa selalu mampir dan ambil tahu ke tempat saya. Mereka yang ecer hingga ke wilayah Pugung,” ungkap Meri.
Sedangkan untuk bahan baku tahu mentahnya ia dapatkan dari pengrajin tahu di Kelurahan Pasar Liwa.
Peratin (kepala desa) Kubu Perahu, Kusnadi menyampaikan ke kabarindonesia.co, di Pekon Kubu Perahu kini setidaknya ada 4-6 produsen tahu goreng dan tahu kuning.
“Sekarang Kubu Perahu dapat julukan ‘kampung tahu’. Saya juga sudah terpikir untuk mendorong Kupu Perahu sebagai pekon UMKM untuk tahu dan tempe kedepannya,” kata Kusnadi.
Kusnadi juga berharap, cita-citanya tersebut bisa didukung oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
“Usaha tahu goreng dan tahu kuning itu menggerakkan dan membantu ekonomi rakyat. Sehingga kami butuh dukungan Pemkab Lampung Barat,” harap Kusnadi.
Haerul Abadi