Kampung Pengadilan (Sebuah Cerpen)

- Editor

Senin, 16 Oktober 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi : kabarindonesia.co

Ilustrasi : kabarindonesia.co

Oleh: Ibnu Khotomi

Makam itu sudah ada sejak dahulu sekali, masa silam lebih tepatnya. Makam itu tepat di tengah hutan yang gelap dan sepi. Makam yang dikeramatkan oleh penduduk setempat itu sedang hangat diperbincangkan.

Namanya Hakiman. Mas Hak, begitu dia biasa dipanggil. Dia kuncen makam keramat itu. Tangannya direntangkan lebar-lebar kemudian mulutnya komat-kamit merapal mantra. Di musim panen dilepasnya binatang ternak warga ke tengah hutan untuk tumbal sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan.

Tak ada yang boleh masuk ke hutan yang gelap dan sepi itu tanpa seizin Hakiman. Siapapun yang melanggar seluruh negeri akan menjadi kacau dan penduduknya akan mendapati kesusahan.

Keberadaan makam itu sudah tersebar ke seluruh negeri. Mulai dari pedagang kelontong sampai pengusaha. Bahkan ada juga yang datang meminta izin Hakiman agar ujian CPNS-nya berjalan mulus.

Pada musim pemilu pun ia kebanjiran tamu. Hakiman satu-satunya orang di kampung keramat yang bisa membaca niat baik dan buruk, hanya dengan melihat sekilas, ia sudah dapat mengetahui niat tamu yang berkunjung. Dan dia juga satu-satunya orang yang tidak bisa meminta pengharapan apapun di makam keramat itu.

“Tapi. Ini atas nama kepentingan umum,” bujuk seorang bupati yang sedang mencalonkan diri menjadi gubernur.

Hakiman bergeming. Tak dilihatnya ketulusan di mata Bupati itu untuk membangun negeri. Ia tau semenjak Bupati itu menjabat nasib warga di kampungnya jauh dari kata perkembangan. Kampung Pengadilan tak pernah disentuh pembangunan.

“Kembali lagi esok. Dan ubah niatmu,” ujar Hakiman.

Jauh sebelum kedatangan mereka, Hakiman sudah tau makam keramat itu mempunyai hawa mistis yang sangat kental. Siapapun yang datang ke makam keramat, sudah barang tentu apapun yang dipinta di atas makam itu pasti akan terkabul, baik atau pun buruk.

Baca Juga :  Peneliti dan Penulis Cerita Anak Nasional Meriahi MWCF 2024

Bupati itu tak hilang akal. Diletakkannya uang sekoper. Semua jurus silat lidah dikeluarkan oleh Bupati tersebut.

“Hanya anda satu-satunya yang dapat membebaskan negeri ini dari kerakusan tikus-tikus kotor itu,” harap Bupati itu.

Bisa saja dengan uang sekoper itu Hakiman pergi dari kampung Pengadilan untuk membuka usaha atau pergi mencari istri muda seperti para pejabat. Tapi kesengsaraan demi kesengsaraan akan melanda seluruh negeri jika ia pergi meninggalkan makam keramat itu.

“Jangan salahkan saya jika terjadi apa-apa di negeri ini,” ancam Bupati itu.

Kemudian Bupati itu undur diri dengan rasa kecewa. Hakiman menangkap niat busuk dari sorot mata Bupati itu ketika meninggalkan rumahnya.


Sudah berhari-hari Hakiman menerima tamu. Sampai tengah malam tamu belum berhenti datang. Tamu terakhirnya anak muda. Pemuda itu datang meminta diantar ke makam keramat. Katanya, di kampung tempatnya tinggal telah ditemukan tiga warga mati dibunuh. Warga tersebut menjadi korban sengketa tanah, sampai pada akhirnya warga yang lain pun takut untuk bersuara.

“Tolong kami, Mas Hak, jika tidak rumah dan kebun kami didirikan pabrik,” ucap pemuda itu penuh harap.

Seperti biasa Hakiman melakukan ritual. Tangannya direntangkan lebar-lebar, mulutnya komat-kamit.

“Kuizinkan kau masuk ke dalam hutan,” ujar Hakiman.

Pemuda itu memang datang dengan ketulusan. Atas izin Hakiman pemuda itu pergi ke makam keramat di hutan yang gelap dan sepi itu. Pemuda itu datang dengan dengan harapan agar menang di pengadilan, sehingga warga di kampungnya tidak kehilangan tempat tinggal dan kebun tempat mata pencaharian.

Hakiman sudah paham siapa penyebab kekacauan di kampung pemuda itu. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak, ia hanya menunggu saja siapa yang ingin meminta bantuannya. Sebab dia tidak bisa meminta doa apapun di atas makam itu. Sejak saat itu pula kampung itu berubah nama menjadi Kampung Keadilan.

Baca Juga :  Wizzow Luncurkan Lagu Terbaru "POV" untuk Menggugah Para TikTokers

Akhirnya pemuda itu memang di pengadilan. Kampung dan kebunnya tidak jadi didirikan pabrik. Semua warga desa pun hidup tenang dan dapat berkebun seperti biasanya.


Waktu yang ditunggu dan mendebarkan pun tiba. Hari pemilihan bupati sedang berlangsung. Masyarakat seluruh negeri berbondong-bondong mengikuti pesta Demokrasi. Penghitungan suara berlangsung sampai malam.

Hasil telah diputuskan. Bupati yang belum lama datang berkunjung ke rumah Hakiman ternyata kalah. Banyak sekali yang gembira melihat kekalahannya. Masyarakat bersyukur tangkup kepemimpinan tidak jatuh di tangan Bupati korup itu.

Beberapa bulan setelah Pemilu, pemilik pabrik terbesar di negeri itu ditahan. Ia terlibat kasus pemalsuan dokumen dan pembunuhan. Tak lama berselang, Bupati yang pernah datang ke rumah Hakiman pun ditahan, ia terlibat kasus suap. Kini Bupati itu mendekam di penjara.

Namun sialnya setelah Bupati itu tertangkap. Tengah malam, rumah Hakiman terbakar hebat. Hakiman tidak selamat, ia mati terbakar. Seluruh kampung Pengadilan bersedih. Mereka telah kehilangan sosok Hakiman, sosok yang dikenal dapat memecahkan masalah apapun dan siapapun yang datang berkunjung ke rumahnya.

Semenjak kejadian menggemparkan di kampung Pengadilan dan tidak adanya Hakiman sebagai juru kunci, banyak yang datang ke makam keramat dengan niat yang buruk. Akhirnya seluruh negeri menjadi kacau dan jauh dari kata bahagia.

Kini sosok Hakiman betul-betul dirindukan di negeri itu terutama di kampung Pengadilan. Tidak ada lagi niat baik yang datang ke kampung itu yang ada hanya keburukan demi keburukan.

Berita Terkait

MWCF Dikusikan Perkembangan Manuskrip Melayu
MWCF Angkat Tajuk Artificial Intelligence dan Masa Depan Sastra Indonesia
Peneliti dan Penulis Cerita Anak Nasional Meriahi MWCF 2024
6 Provinsi Rumpun Melayu di Indonesia Ramaikan MWCF 2024
Wizzow Luncurkan Lagu Terbaru “POV” untuk Menggugah Para TikTokers
Ticya Ajak Pendengar Merasakan Sensasi Berlari dalam Mimpi Melalui Single Barunya
Dialog Publik Malay Writers And Cultural Festival dilaksanakan di Jambi
Ruang Kreatif Adakan Acara Talk Show Terkait Tambang Batu Bara Di Sarolangun Bersama Praktisi Hukum
Berita ini 42 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 11 Oktober 2024 - 18:26 WIB

MWCF Dikusikan Perkembangan Manuskrip Melayu

Jumat, 11 Oktober 2024 - 18:23 WIB

MWCF Angkat Tajuk Artificial Intelligence dan Masa Depan Sastra Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 - 18:18 WIB

Peneliti dan Penulis Cerita Anak Nasional Meriahi MWCF 2024

Kamis, 10 Oktober 2024 - 14:47 WIB

6 Provinsi Rumpun Melayu di Indonesia Ramaikan MWCF 2024

Selasa, 10 September 2024 - 13:59 WIB

Wizzow Luncurkan Lagu Terbaru “POV” untuk Menggugah Para TikTokers

Sabtu, 7 September 2024 - 13:14 WIB

Ticya Ajak Pendengar Merasakan Sensasi Berlari dalam Mimpi Melalui Single Barunya

Minggu, 16 Juni 2024 - 12:00 WIB

Dialog Publik Malay Writers And Cultural Festival dilaksanakan di Jambi

Sabtu, 23 Maret 2024 - 23:27 WIB

Ruang Kreatif Adakan Acara Talk Show Terkait Tambang Batu Bara Di Sarolangun Bersama Praktisi Hukum

Berita Terbaru

Maaf !!! Tidak Dapat Disalin